"BIG" Burger Jln. Perjuangan


Setelah sebelumnya penulis Cirebon Kuliner sudah mengulas mengenai "BIG" Burger yang ada di Indramayu, kini penulis Cirebon Kuliner kembali mengulas mengenai "BIG" Burger, namun yang ada di jalan Perjuangan, Cirebon.

Iya, bagi pembaca Cirebon Kuliner yang belum tahu, "BIG" Burger adalah bisnis kuliner berkonsep franchise atau waralaba asal Semarang. "BIG" Burger menawarkan kuliner Barat, yaitu burger dengan rasa dan kualitas yang menurut penulis Cirebon Kuliner baik.

Hal ini dapat dilihat mulai dari penampilan, rasa, sampai ke harga. "BIG" Burger menawarkan burger dengan berbagai varian isian dengan harga yang terjangkau untuk berbagai kalangan dengan rasa burger yang enak. Daging burger ala "BIG" Burger ini berbeda dengan burger-burger biasa yang biasa dijual di sekolahan-sekolahan.

Daging burger "BIG" Burger ini lebih renyah, gurih, sedikit crispy, dengan citarasa daging berbumbu, sehingga rasanya tidak plain rasa daging saja. Selain itu, roti dan kejunya pun berbeda, rotinya cukup empuk, dan kejunya juga cukup gurih.




"BIG" Burger yang penulis Cirebon Kuliner kunjungi adalah yang ada di kawasan jalan Perjuangan tepatnya di sekitaran pusat kampus-kampus yang ada di jalan Perjuangan. Pengunjung juga bisa menikmati "BIG" Burger di tempat karena tersedia sedikit meja dan tempat duduk bagi yang ingin menikmati burger di tempat.

"BIG" Burger memang paling cocok dinikmati sebagai makanan selingan penahan lapar bagi para mahasiwa atau anak sekolahan. Namun begitu, rasa burger ala "BIG" Burger ini tentu berbeda dengan burger-burger di sekolahan SD yang biasa kita jumpai. Jadi, bagi yang penasaran coba, silahkan kunjungi booth "BIG" Burger di jalan Perjuangan, Cirebon.

Nasi Jamblang Keliling


Kuliner khas Cirebon yang satu ini memang memiliki ciri khas tersendiri, yaitu daun jati sebagai pembungkus nasi dan juga lauknya. Penulis Cirebon Kuliner sendiri sudah beberapa kali menulis ulasan mengenai nasi jamblang yang dijual di warung kaki lima ataupun yang sudah dalam bentuk resto kecil.

Kali ini, penulis Cirebon Kuliner ingin memperkenalkan kepada pembaca Cirebon Kuliner yang mungkin masih belum tahu bahwa pada awalnya nasi jamblang dijajakan dengan cara berkeliling wilayah pemukiman penduduk dipagi hari oleh Ibu-ibu penjual nasi jamblang dengan berjalan kaki, dimana nasi jamblang dan lauk pauknya dibawa dengan cara dijinjing dengan penjinjing khusus nasi jamblang.

Iya, bagi masyarakat asli Cirebon, tentu sudah tahu mengenai hal ini, bahkan sampai sekarang nasi Jamblang yang dijual keliling dipagi hari ini tentu masih selalu dinanti-nanti setiap pagi oleh berbagai kalangan dari masyarakat Cirebon setiap pagi, mulai dari anak-anak SD, Ibu-ibu rumah tangga, para karyawan kantoran, sampai tukang beca. Setiap pagi, nasi Jamblang keliling selalu dicari masyarakat Cirebon yang ingin menikmati lauk pauknya mulai dari sambal goreng, tempe goreng, panjelan atau ikan asin kering, perkedel kentang, sate kentang, daging, ceplok bumbu merah, blakutak, sayur tahu, dan lain-lain.


Nasi Jamblang keliling yang dijajakan Ibu-ibu penjualnya ini adalah nasi Jamblang khas Cirebon yang otentik dari daerah Jamblang, +- 20KM ke arah Barat dari pusat kota Cirebon. Dan nasi Jamblang dan lauk pauknya ini bisa berasal dari banyak pengusaha nasi Jamblang di daerah Jamblang. Artinya, rasa dan kualitas nasi Jamblang keliling ini belum tentu sama, tergantung keahlian dari sang pengusaha nasi Jamblang yang memasak nasi Jamblang dan lauk pauknya tersebut.

Walaupun begitu, nasi Jamblang keliling ini selalu dan akan tetap selalu menjadi idola banyak masyarakat Cirebon karena tentu selain nikmat dan sedap, harganya pun relatif lebih murah dibandingkan dengan nasi Jamblang yang dijual di warung kaki lima, terlebih di tempat makan yang sudah berkonsep resto yang sudah terkenal.

Penulis Cirebon Kuliner berharap, dengan adanya artikel ulasan yang singkat ini, dapat membuat nasi Jamblang lebih dikenal lagi oleh masyarakat dari luar Cirebon. Dan lebih jauh lagi, semoga nasi Jamblang tetap lestari, begitu juga dengan para penjual nasi Jamblang keliling, semoga tetap dapat kuat bertahan di tengah gempuran kuliner-kuliner yang jauh lebih modern.

Ketoprak "Taspen" Jln. Wahidin


Satu lagi, kuliner ketoprak diulas penulis Cirebon Kuliner. Kali ini satu penjual ketoprak yang biasa mangkal di seberang kantor PT. Taspen di jalan Wahidin kota Cirebon, tepatnya di sebelah kanan jalan dari arah lampu merah Gunung Sari, hanya beberapa puluh meter dari lampu merah Krucuk.

Harga satu porsi ketoprak "Taspen" ini hanyalah Rp 5.000,-. Dengan porsi yang cukup banyak, satu porsi ketoprak "Taspen" cukup mengenyangkan. Ketoprak "Taspen" ini biasa mulai berjualan dari sekitar pukul 10:30 sampai dengan pukul 15:00, dan setelah jam 3 sore, biasa pindah di sekitaran komplek Arhanud, jalan Pilang Raya.

Jadi, bagi penggemar ketoprak di Cirebon, kini bertambah satu lagi referensi ketoprak yang enak di Cirebon, yaitu Ketoprak "Taspen" tepat di seberang kantor PT. Taspen jalan Wahidin kota Cirebon. Ketoprak lainnya yang pernah diulas penulis Cirebon Kuliner adalah Ketoprak Plered, dan Ketoprak "Ahul."

Ketoprak favorit penulis Cirebon Kuliner dengan bumbu kacang yang kental tanpa tauge, bihun, dan timun.

PUJAGEULIS (Pusat Jajanan Haurgeulis), IMY


Wilayah Kabupaten Indramayu (Provinsi Jawa Barat) memang sangatlah luas. Indramayu sendiri memiliki banyak Kecamatan, dan salah satu Kecamatan yang termasuk maju adalah Kecamatan Haurgeulis, terletak kurang lebih 70 KM ke arah Barat dari Indramayu Kota.

Kemajuan wilayah Kecamatan Haurgeulis bisa dari banyak faktor, salah satunya adalah adanya Stasiun pemberhentian Kereta Api. Iya, Hauegeulis memiliki Stasiun Kereta Api Haurgeulis. Stasiun ini biasa dijadikan pemberhentian banyak warga asli Haurgeulis atau sekitarnya, atau warga pendatang yang datang ke wilayah Haurgeulis dan sekitarnya terutama dari Ibu Kota Jakarta untuk berbagai keperluan dari mulai pulang kampung sampai bekerja di wilayah Haurgeulis dan sekitarnya.

Hal ini jelas banyak memberi dampak bagi wilayah Kecamatan Haurgeulis, terlihat dengan berkembangnya fasilitas umum lainnya di sekitar Stasiun Haurgeulis, misalnya Pasar Haurgeulis, alun-alun Haurgeulis, beberapa hotel, dan juga yang ingin dibahas penulis Cirebon Kuliner saat ini, sebuah pusat kuliner di Haurgeulis, "Pujageulis" atau Pusat Jajanan Haurgeulis.




Yup, Pujageulis ini adalah semacam food court bagi warga kecamatan Haurgeulis dan sekitarnya yang ingin jajan, atau makan. Di Pujageulis, kita bisa menemukan berbagai kuliner yang bisa memanjakan lidah kita. Sebut saja, surabi khas Bandung, beberapa macam kuliner Barat seperti spaghetti, fettuchini, burger, banana split, dan tentunya kuliner Nusantara seperti ayam bakar, ikan bakar, baso, dan lain-lain.

Yang penulis Cirebon Kuliner perhatikan, Pujageulis memang menjadi idola masyarakat Haurgeulis dan sekitarnya dari berbagai kalangan, mulai anak sekolah sampai pekerja kantoran yang ingin menikmati berbagai kuliner. Berbagai menu yang disediakan Pujageulis memang tergolong lumayan murah, sehingga cocok untuk berbagai kalangan. Mudah-mudahan informasi yang disampaikan penulis Cirebon Kuliner ini dapat membantu pembaca Cirebon Kuliner, terutama yang berdomisili atau bekerja di wilayah Kecamatan Haurgeulis dan sekitarnya.

Surabi khas Bandung yang penulis Cirebon Kuliner pesan. Hanya satu dari sekian banyak menu yang ditawarkan Pujageulis






Kedai Ijo Jln. Pilang Raya No. 78


Dari awal membuat web ini, penulis Cirebon Kuliner sudah berkomitmen untuk menyajikan artikel-artikel yang mengulas berbagai kuliner atau tempat makan di Cirebon dan sekitarnya, dari mulai kelas kaki lima, sampai kelas restoran. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi yang menyeluruh bagi pembaca Cirebon Kuliner.

Dan kali ini, penulis Cirebon Kuliner ingin mengulas mengenai sebuah warung makan kecil yang baru saja berdiri di jalan Pilang Raya nomor 78, tepat di seberang gerbang masuk markas Arhanud. Sebetulnya, warung ini belum memiliki nama, hanya karena warna dan suasana warungnya adalah ijo, kita sebut saja Kedai Ijo.

Kedai Ijo jalan Pilang Raya ini menawarkan beberapa menu makanan, di antaranya adalah nasi lengko bumbu kacang, soto gombong, batagor, dan siomay. Dan saat penulis Cirebon Kuliner berkunjung, penulis berkesempatan berbincang-bincang dengan sang pemilik Kedai Ijo. Dan dari perbincangan singkat tersebut, sang pemilik juga berencana menambahkan menu makanan lain di Kedai Ijo miliknya, seperti mie ayam, empal gentong, dan lain-lain.

Saat berkunjung, penulis Cirebon Kuliner memesan satu menu yang belum pernah penulis coba sebelumnya, Soto Gombong. Yang penulis Cirebon Kuliner tahu, soto gombong adalah kuliner yang berasal dari daerah Gombong, yang masih termasuk Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Yang membuat soto gombong berbeda dengan soto lainnya adalah getuk bumbu yang terbuat dari singkong dengan racikan bumbu tertentu sehingga menghasilkan rasa yang gurih dan lezat.

Soto gombong berisi bihun, kecambah muda, kol, irisan daging ayam, taburan kacang goreng, dan disiram dengan kuah soto yang bening tanpa santan. Saat menyantap soto gombong ala Kedai Ijo ini, penulis Cirebon Kuliner merasakan kemiripan rasa dengan kuliner khas Cirebon, bubur sop ayam! Entah memang begini rasa soto gombong atau hanya di soto gombong ala Kedai Ijo saja.


Soto Gombong ala Kedai Ijo

Tapi yang pasti, soto gombong ala Kedai Ijo ini enak rasanya, gurih, hangat, lezat. Pas sekali jika dinikmati di kota Cirebon saat malam hari untuk menghangatkan badan, apalagi jika dinikmati ketika badan kita sedang kurang enak. Ke depannya, penulis Cirebon Kuliner akan berusaha untuk mencicipi menu lain dari Kedai Ijo, agar pembaca mendapatkan informasi yang menyeluruh dan lebih komplit.

Jadi, bagi pembaca Cirebon Kuliner warga Cirebon yang ingin menikmati soto gombong yang lezat dan mengahangatkan tubuh, silhakan coba soto gombong atau menu lainnya juga di Kedai Ijo jalan Pilang Raya nomor 78 kota Cirebon.

Sekoteng "Ade" Jln. Kartini


Sekoteng, minuman asal daerah Jawa Tengah ini memang begitu populer di masyarakat kita Indonesia. Minuman hangat nan menyegarkan yang pas sekali dinikmati di malam hari ini biasa dijajakan dengan gerobak pikul atau juga gerobak dorong. Di Cirebon, sekoteng juga digemari masyarakat Cirebon dari berbagai kalangan.

Sampai saat ini, penjual sekoteng dengan gerobak dorong yang keliling komplek pemukiman penduduk masih lumayan mudah dijumpai. Namun, ada beberapa titik di kota Cirebon yang sudah dijadikan tempat mangkal rutin dimalam hari oleh para penjual sekoteng yang masing-masing juga memiliki penggemarnya.





Adalah jalan Kartini dimana terdapat beberapa penjual minuman hangat berasa jahe dan berisi berbagai bahan makanan ini yang sudah memiliki lapak tetap dimalam hari. Dan yang penulis Cirebon Kuliner biasa kunjungi adalah Sekoteng "Ade" jalan Kartini yang biasa mangkal di depan bekas bangunan Hotel Kharisma yang kini sudah dirobohkan dan sedang dibangun kembali entah menjadi gedung apa.

Satu porsi Sekoteng "Ade" jalan Kartini hanya seharga Rp 4.000,- saja, murah sekali untuk satu mangkok kecil minuman penyegar dan penghangat dimalam hari. Nikmat sekali dinikmati di suasana malam hari kota Cirebon yang sederhana dan eksotis, apalagi saat Cirebon sedang atau baru diguyur hujan, membuat suasana menikmati sekoteng menjadi lebih asyik. Pembaca Cirebon Kuliner, silahkan coba Sekoteng "Ade" jalan Kartini.

Kue Gonjing


Masyarakat Betawi menyebutnya kue pancong, masyarakat Sunda menyebutnya dengan nama kue bandros, dan di Cirebon, kue ini disebut dengan gonjing. Kue Gonjing biasa dijajakan dengan pikulan sederhana dan biasa dimasak langsung, sehingga bisa kita nikmati selagi hangat.

Kue Gonjing terbuat dari adonan yang mengandung kelapa, jadi tentu rasanya gurih sekali. Jika masyarakat Sunda menikmati kue Bandros dengan saos tomat, masyarakat Cirebon mempunyai cara yang berbeda, masyarakat Cirebon lebih suka menikmati kue Gonjing dengan taburan gula pasir.



Saat ini, penjual kue Gonjing dengan pikulan tradisional mungkin sudah mulai sulit ditemui. Dan penulis Cirebon Kuliner merasa beruntung berkesempatan menemui penjual  kue Gonjing di kawasan PGC atau Pusat Grosir Cirebon (bekas Pasar Pagi) yang ada di jalan Siliwangi.

Penulis Cirebon Kuliner berharap, kue Gonjing dapat tetap bertahan ada di Cirebon di tengah maraknya kue-kue lain yang jauh lebih modern dengan tampilan dan rasa yang juga mungkin lebih disukai masyarakat zaman sekarang. Namun begitu, penulis Cirebon Kuliner berharap masyarakat Cirebon tetap dapat menghargai, dan melestarikan kue Gonjing ini.

Empal "H. Apud"



Ini dia, salah satu empal terbaik yang ada di Cirebon. Iya, penulis Cirebon Kuliner yakin tidak berlebihan kalau penulis bilang bahwa empal "H. Apud" is the best empal this city has! Empal "H. Apud" terletak di kawasan yang merupakan daerah otentik asal muasal kuliner empal berasal, kawasan Battembat. Lokasinya juga memang beredekatan dengan empal Amarta.

Bagi pembaca Cirebon Kuliner yang pernah atau sering melewati kawasan ini, tentu tahu bahwa kawasan ini memang memiliki banyak penjual empal khas Cirebon. Dan salah satu tempat makan empal yang hampir setiap hari selalu ramai sesak dikunjungi para pelanggannya adalah Empal "H. Apud." Empal H. Apud" menyediakan empal gentong, empal asem, dan sate kambing muda.

Saat berkesempatan mengunjungi Empal "H. Apud" penulis Cirebon Kuliner melihat warung milik Haji Apud ini memang sudah semakin berkembang, sudah semakin nyaman, dan tentunya semakin ramai. Penulis Cirebon Kuliner memesan satu porsi empal gentong dan satu porsi empal asem.




Begitu mencicipi, rasa empal gentong dan empal asem buatan Haji Apud ini memang istimewa, enak sekali. Rasa empal gentongnya pas, tidak terlalu eneg, bumbu rempahnya juga pas. Begitu juga dengan empal asemnya, rasanya sangat segar. Kedua kuliner ini bisa dinikmati dengan nasi atau dengan lontong, tergantung selera. Untuk satu porsi empal gentong dan empal asem, satu porsi nasi dan lontong, 5 krupuk, satu es teh tawar dan satu teh tawar hangat, semuanya hanya Rp 38.500,- saja!

Harga ini jelas murah sekali untuk empal seistimewa itu, ditambah pelayanan para pramusajinya yang ramah, serta temapt yang nyaman dan cukup luas, Empal "H. Apud" ini memang special, yang terbaik yang Cirebon punya. Tidak heran jika banyak pengunjung dari luar kota yang setiap hari, khususnya weekend datang untuk mencicipi Empal "H. Apud" ini. 

Jadi, pembaca Cirebon Kuliner yang asli Cirebon, rasanya wajib untuk mencicipi Empal "H. Apud" ini, begitu juga bagi pembaca Cirebon Kuliner yang datang dari luar kota, jika ingin mencicipi kuliner khas Cirebon, empal dengan rasa juara, wajib datang kunjungi dan cicipi empal gentong atau empal asem ala Haji Apud di kawasan Battembat, kurang lebih 4 KM ke arah Barat dari pusat kota Cirebon.

Empal Gentong ala Haji Apud

Empal Asem ala Haji Apud

Kue Tapel "Ibu Oom"



Ini dia, kue khas dari Cirebon, kue tapel namanya. Kue yang terbuat dari tepung beras yang dimasak di atas wajan penggorengan lalu diberi topping gula merah dan pisang yang dipenyet-penyet-kan di atas adonan tadi ini kini sudah agak sulit dicari, hanya ada beberapa penjual saja di Cirebon yang masih berjualan kue tapel ini.

Salah satu penjual kue tapel khas Cirebon yang masih eksis berjualan hingga saat ini adalah Ibu Oom. Iya, kue tapel "Ibu Oom" ini biasa berjualan di kaki lima pinggiran jalan Winaon, di sekitaran Pasar Kanoman kota Cirebon.

Saat berkunjung, penulis Cirebon Kuliner berkesempatan untuk memesan dan mencicipi kue tapel khas Cirebon yang sudah mulai langka ini. Rasanya memang sederhana, manis dan gurih, namun ini adalah tipe kue yang bikin ketagihan ketika sudah mencoba.



Betul, kue tapel khas Cirebon ala "Ibu Oom" ini memang rasanya memaningen atau membuat kita ketagihan. Dijual dengan harga Rp 3.000,- per porsinya, kue tapel khas Cirebon ala "Ibu Oom" ini selalu diantri-antri oleh para pembeli yang ingin menikmatinya, terutama setiap hari Minggu pagi.

Jadi, bagi pembaca Cirebon Kuliner yang ingin mencicipi kue tapel khas Cirebon yang sudah mulai langka ini, silahkan datangi lapak "Ibu Oom" di kawasan Pasar Kanoman, dan datang sepagi mungkin agar dapat antrian pertama.

Sate Madura "H. Herman"

Sate adalah salah satu kuliner khas Nusantara kita, Indonesia. Hampir di setiap kota di Indonesia memiliki sate dengan cita rasa khasnya masing-masing. Namun tampaknya, yang paling populer adalah sate dari Madura, terbukti dengan adanya sate madura di setiap kota, baik di warung kaki lima maupun yang sudah memiliki bangunan yang permanen.

Di Cirebon sendiri, penjual sate madura tentunya sudah tidak terhitung lagi, namun selalu ada yang paling menonjol dari semuanya. Dan salah satu sate asli Madura yang paling menonjol di kota Cirebon adalah Warung Sate Madura "H. Herman."

Secara kasat mata pun Warung Sate Madura "H. Herman" dapat dilihat jelas selalu ramai dikunjungi pelanggannya setiap malam. Warung Sate Madura "H. Herman" menyediakan sate ayam, sate kambing, sop, semuanya khas daerah Madura.






Keramaian setiap malam di Warung Sate Madura "H. Herman" ini membuat penulis Cirebon Kuliner penasaran untuk berkunjung dan mencicipi bagaimana rasa sate dari Warung Sate Madura "H. Herman" ini. Dan akhirnya penulis Cirebon Kuliner berkesempatan mengunjungi Warung Sate Madura "H. Herman."

Saat berkunjung, penulis Cirebon Kuliner memesan 15 tusuk sate ayam Madura seharga tidak lebih dari Rp 20.000,- plus nasi dan teh tawar hangat. Dan rasanya, memang enak, pantas saja pelanggannya selalu ramai setiap malam. Ditambah, mungkin baru Warung Sate Madura "H. Herman" saja yang menyediakan tempat yang nyaman dan dapat menampung pelanggan cukup banyak, ini salah satu kelebihannya.

Jadi, bagi pembaca Cirebon Kuliner yang gemar menyantap sate khas Madura, silahkan coba sate ayam atau kambing khas Madura di Warung Sate Madura "H. Herman."

Toko Aneka Kue "Yosin"



Di daerah Plumbon, ada sebuah toko pembuat berbagai macam kue basah, roti, cake, dan ada juga kue kering dan kuliner lainnya yang sudah terkenal, yaitu toko aneka kue "Yosin." Toko aneka kue "Yosin" memang belum sebesar dan setenar toko kue Ruby ataupun La Palma di kota Cirebon yang juga pernah diulas penulis Cirebon Kuliner sebelumnya, tapi tentunya toko aneka kue "Yosin" ini sudah terkenal, paling tidak untuk di daerah Plumbon sendiri.

Lokasinya, tidak jauh dari warung mie koclok Pak Rasita yang juga pernah dibahas penulis Cirebon Kuliner. Saat berkunjung, penulis Cirebon Kuliner memperhatikan, memang toko aneka kue "Yosin" ini sudah terkenal sekali, paling tidak di daerah sekitar, terlihat dari banyaknya pelanggan yang datang berkunjung untuk membeli berbagai macam kue sesuai kebutuhan.





Kuliner ringan seperti kue basah/kering, cake, kerupuk, dan lain-lainnya ini memang banyak digemari dan dicari masyarakat kita untuk berbagai keperluan. Dan kehadiran toko pembuat aneka kue "Yosin" ini tentunya sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan masyarkat sekitar. Jadi, bagi pembaca Cirebon Kuliner yang mungkin kebetulan tinggal di daerah sekitar toko kue "Yosin" silahkan coba datangi dan icipi kue buatannya.

Ketoprak "Ahul"


Di Cirebon, penjual kuliner ketoprak memang banyak sekali, namun tentunya hanya ada beberapa saja yang menonjol keberadaannya. Bisa jadi karena lokasinya, karena harganya, porsinya, atau yang terpenting, karena memang rasanya yang enak sekali, sehingga populer sampai radius berkilo-kilo meter.

Sampai saat ini, selain ketoprak "Ahul," penulis Cirebon Kuliner pernah menulis satu lagi penjual ketoprak di Plered yang juga menonjol ketenarannya. Silahkan baca di sini untuk ulasan lebih lengkapnya. Dan pada kesempatan ini, penulis Cirebon Kuliner kembali menemukan satu penjual ketoprak di  daerah Desa Warukawung, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon.



Jauh dari kota memang, tapi ketoprak dengan nama jual "Ahul" ini populer sampai ke kota. Ketoprak "Ahul" ini ada di bundaran, atau tugu, atau perempatan Desa Warukawung menuju Desa Warujaya, persis di belokannya, sebelah kanan dari arah Jamblang. Iya, jika pembaca Cirebon Kuliner bingung dengan lokasi ketoprak "Ahul," patokan yang udah adalah jalan masuk Pasar Jamblang, lurus terus sampai bertemu dengan perempatan Warukawung.

Saat berkunjung, penulis Cirebon Kuliner memesan satu porsi ketoprak "Ahul" yang dijual dengan harga sangat murah, Rp 4.000,- saja dengan porsi yang cukup mengenyangkan! Menurut penulis Cirebon Kuliner, harga ini sangatlah murah, selain karena memang rasanya enak, porsinya juga cukup mengenyangkan. Tidak heran, ketoprak "Ahul" selalu ramai, begitu juga saat penulis Cirebon Kuliner berkunjung.


Jadi, bagi pembaca Cirebon Kuliner yang gemar menikmati ketoprak, dan kebetulan berdomisili tidak jauh dari wilayah Jamblang sampai ke desa Warukawung, silahkan coba ketoprak "Ahul" di perempatan Warukawung-Warujaya.

Terimakasih telah mengunjungi www.CirebonKuliner.com. Apabila berkenan, penulis CirebonKuliner.com berharap pembaca bersedia untuk menulis komentar yang positif atau kritik yang membangun, baik untuk kuliner/tempat makan yang diulas, ataupun juga untuk CirebonKuliner.com itu sendiri.