Nasi Lengko Kanoman "Bu Hj. Raminah" | Jualan Nasi Lengko Semenjak 1965


Nasi lengko khas Cirebon adalah kuliner tradisional yang paling sederhana. Dengan isian hanya tahu, tempe, tauge, dan timun, serta bumbu kacang dan kecap, nasi lengko masih terus lestari hingga kini dan tetap dicintai banyak masyarakat kota Cirebon dan sekitarnya.

Pedagang nasi lengko khas Cirebon, tentu banyak sekali. Di setiap kampung pelosok Cirebon, hingga tengah kota Cirebon banyak penjual nasi lengko. Salah satu penjual nasi lengko di daerah kota yang masih bertahan hingga kini, walaupun kurang populer adalah nasi lengko di wilayah pasar Kanoman.

Warung nasi lengko ini dimiliki oleh Ibu Hj. Raminah dan Pak H. Kana. Bu Hj. Raminah dan Pak H. Kana ini sudah berualan nasi lengko khas Cirebon dari tahun 1965 di wilayah jalan Winaon - jalan Kanoman. Dari awal harga seporsi nasi lengko hanya 5 perak saja.




Saat Cirebon Kuliner datang berkunjung, usia Bu Hj. Raminah sudah berusia 85 tahun, sedangkan Pak H. Kana sudah berusia 97 tahun. Cirebon Kuliner datang di pagi hari dan berbincang-bincang dengan Bu Haji dan Pak Haji sembari menikmati nasi lengkonya.

Nasi lengko buatan Bu Haji dan Pak Haji ini tergolon enak sebetulnya, tidak kalah dengan nasi lengko kota Cirebon yang lebih populer sampai luar kota. Namun kesederhanaan dan kebersahajaan Bu Hj, Raminah dan Pak H. Kana yang mungkin tidak membutuhkan popularitas sehingga sampai saat ini masih teguh bertahan berjualan nasi lengko apa adanya di lapak sederhana di samping Klenteng pasar Kanoman.

Seporsi nasi lengko, dengan 6 krupuk dan 1 gelas teh manis hangat cukup dihargai Rp 14.000 saja. Harga yang terbilang masih murah meriah untuk seporsi makanan mengenyangkan. Terlepas dari persoalan nasi lengko yang dijual Bu Hj. Raminah dan Pak H. Kana ini, Cirebon Kuliner banyak mendapatkan inspirasi dan motivasi dari pengalaman hidup yang diceritakan mereka berdua.

Bagi, masyarakat kota Cirebon yang gemar menyantap nasi lengko khas Cirebon, dan belum mencoba nasi lengko Bu Hj. Raminah dan Pak H. Kana, silahkan datang ke warung nasi lengkonya yang ada di samping Klenteng Kanoman, biasa buka dari pagi hingga siang hari. Dan bagi yang datang berkunjung dan menyempatkan diri untuk berbincang-bincang ringan dengan Bu Haji dan Pak Haji, semoga mendapatkan inspirasi kehidupan yang berharga dari mereka berdua.


Cirebon Kuliner bersama Bu Hj. Raminah dan Pak H. Kana - 6/12/2016

Kambing Bakar "ALIF" Putra Kairo | Sajian Kambing Bakar dengan Resep Leluhur


Daging kambing adalah satu dari sekian banyak bahan utama yang digemari masyarakat hampir di seluruh dunia. Walaupun ada beberapa persoalan di dalam mengolah daging kambing, namun bagi yang sudah mahir dalam pengolahannya, maka daging kambing akan menjadi hidangan istimewa, terutama bagi para penggemar santapan olahan daging kambing.

Salah satu yang istimewa adalah kambing bakar ala Timur Tengah. Di kota Cirebon, olahan kambing bakar yang istimewa masih sangat sedikit, dapat dihitung dengan jari penjualnya. Salah satunya adalah di warung makan Kambing Bakar "ALIF" Putra Kairo di jalan Moh. Toha nomor 7 kota Cirebon.

Kambing Bakar "ALIF" Putra Kairo adalah bisnis keluarga yang sudah turun temurun menggunakan resep rahasia keluarga. Dan merupakan pencetus hidangan olahan kambing dan kuliner Timur Tengah lainnya seperti kebab. Dan walaupun hadir dengan tempat yang biasa-biasa saja, Kambing Bakar "ALIF" Putra Kairo sudah memiliki pelanggan setia yang selalu datang untuk menikmati sajian kambing bakar khasnya.


Di warung makan Kambing Bakar "ALIF" Putra Kairo ini, selain kambing bakar, juga menyediakan sajian lainnya seperti nasi kebuli, sate kambing muda, gulai kambing, nasi goreng kambing, ayam bakar kari, kari ayam ala Madinah, dan ada juga jajanan khas Timur Tengah seperti roti maryam, kebab, dan sambosa. 

Kambing Bakar "ALIF" Putra Kairo yang dimiliki warga Cirebon keturunan Yaman ini memang mengolah daging kambing dengan serius demi menjaga resep leluhurnya dan kualitas menu sajiannya. Itu sebabnya, pelanggan setianya tetap percaya dan terus bertambah. Kambing bakar ala warung makan Kambing Bakar "ALIF" Putra Kairo ini dijual dengan harga Rp 40.000,-.


Kambing bakar ala warung makan "ALIF" Putra Kairo

Saat Cirebon Kuliner diundang datang berkunjung, Cirebon Kuliner mencoba menu andalan ini. Konon katanya, kambing bakar adalah kuliner yang paling digemari di Timur Tengah setelah Nasi Kebuli. Setelah mencoba, memang istimewa. Kambing bakarnya tidak berbau prengus, dagingnya juga amoh atau lembut, tidak nekk, bumbunya istimewa, apalagi dipadukan dengan nasi kebuli, maksimal sekali.

Bagi pelanggan yang sudah tahu kualitas dari hidangan kambing bakar ala Kambing Bakar "ALIF" Putra Kairo ini tentu sudah tidak ragu lagi. Bagi pembaca Cirebon Kuliner yang gemar menyantap sajian kuliner dari daging kambing, wajib coba kambing bakar ala Kambing Bakar "ALIF" Putra Kairo jalan Moh. Toha nomor 7 kota Cirebon. Buka dari pagi hingga malam hari jam 21:00.



Nasi Goreng Kebab "DINAR" | Inovasi Baru dari Resep Turun Menurun


Dunia kuliner itu seperti ilmu sejarah yang setiap waktu selalu ada sejarah dan pengetahuan baru yang terus berkembang. Menu makanan dapat berkembang dengan cara mengkombinasikan satu kuliner dengan kuliner lainnya. Kota Cirebon kini semakin lengkap dengan semakin banyaknya para pebisnis kuliner yang hadir menawarkan berbagai inovasi.

Salah satunya adalah hadirnya Nasi Goreng Kebab "DINAR" yang mangkal di jalan Moh. Toha kota Cirebon. Nasi Goreng Kebab "DINAR" hadir menawarkan menu nasi goreng yang tiada lain adalah khas dari Indonesia, dengan dicombine daging kebab ala Timur Tengah. Hasilnya, sajian khas nasi goreng dengan cita rasa rempah Timur Tengah.

Nasi Goreng Kebab "DINAR" hadir menawarkan nasi goreng dengan daging sapi kebab yang biasa digunakan untuk membuat isian kebab. Selain itu, Nasi Goreng Kebab "DINAR" juga memberi pilihan daging kambing sebagai isian nasi gorengnya, juga daging ayam bisa dipilih bagi konsumen yang kurang menyukai daging sapi kebab maupun daging kambing.



Kesemua pilihannya ini diolah dengan bumbu rahasia turun temurun yang menjadi ciri khasnya. Satu porsi nasi goreng dengan daging sapi kebab ala Nasi Goreng Kebab "DINAR" ini dijual dengan harga Rp 20.000 dan Rp 25.000 untuk nasi goreng kambing. Sementara nasi goreng biasa dijual dengan harga Rp 12.000 saja.

Soal rasa, saat nasi goreng kebab ini memang oke. Jelas berbeda dengan nasi goreng kebanyakan karena cita rasanya yang khas berasal dari bumbu rahasia. Nasi Goreng Kebab "DINAR" juga menawarkan sistem kerja sama franchise atau waralaba bagi para pemilik modal yang tertarik untuk bekerjasama.

Bagi yang berminat, dapat menghubungi nomor 0813 1336 3114. Nasi Goreng Kebab "DINAR" ini masih satu pemilik dengan Kebab Turki jalan Kartini kota Cirebon yang juga pernah diulas Cirebon Kuliner. Baik kebab Turki maupun nasi goreng kebab ini, masih menjaga resep tradisi sehingga sajian yang ditawarkan pun tidak biasa dan memiliki karakter.

Bagi pembaca Cirebon Kuliner yang gemar menyantap nasi goreng, harus coba nasi goreng yang satu ini. Apalagi jika anda menyukai kuliner kebab ala Timur Tengah. Sajian nasi goreng ala Nasi Goreng Kebab "DINAR" ini layak dicoba.


Nasi goreng dengan daging sapi kebab, Rp 20.000 saja.


Mie Yamien Khas Cirebon | Dulu Populer Dengan Sebutan Mie "Ncek"


Untuk ke sekian kalinya, Cirebon Kuliner menulis ulasan mengenai mie yamien khas Cirebon. Kali ini, Cirebon Kuliner menulis sedikit lebih spesifik lagi mengenai mie yamien khas Cirebon. Setelah menelusuri ke beberapa sumber, seperti pada artikel sebelumnya yaitu, Mie Yamien Warkad Pak Edom bahwa asal muasalnya kuliner mie di Cirebon - dan kemungkinan besar di seluruh Indonesia bahkan dunia - adalah dari negeri Cina.

Ya, singkat cerita, warga keturunan Cina yang tinggal di kota Cirebon mencari nafkah dengan macam-macam cara, salah satu darinya adalah berjualan makanan khas negeri mereka, yaitu mie. Mie yang mereka jajakan adalah mie kering berbumbu dengan topping atau taburan daging babi (pada saat itu), lengkap dengan sayuiran, dilengkapi lagi dengan kuah terpisah berisi siomay, pangsit basah, baso, ada pangsit kering juga, dan ada baso tahu juga.

Lokasi awal penjualan Mie Yamien pada saat itu adalah di kawasan jalan Pandesan kota Cirebon. Pada waktu itu, dikarenakan yang menjual adalah warga keturunan Cina, maka mie yamien yang sedari dulu dijual dengan gerobak kecil nan khas ini disebut juga dengan "Mie Ncek", sesuai dengan sebuan panggilan bagi para warga keturunan Cina.




Seiring waktu, rupanya kuliner mie yamien atau mie Ncek ini semakin digemari. Beberapa perubahan pun mengikuti, salah satunya tentunya adalah penggunaan daging babi yang diganti dengan daging ayam, karena mayoritas warga muslim Cirebon juga mulai gemar mengkonsumsi mie yamien ini. Pedagang mie Ncek pun semakin banyak.

Lambat laun, penjual mie yamien khas Cirebon ini bukan hanya dari kalangan warga keturunan Cina, namun warga asli pribumi Cirebon pun mulai banyak yang mahir membuat mie yamien khas Cirebon ini. Dan wilayah "endemik"-nya adalah di kawasan jalan Pandesan kota Cirebon. Tidak heran jika sampai sekarang, kawasan jalan Pandesan - jalan Pekalangan kota Cirebon ini banyak sekali penjual mie yamien khas Cirebon.

Nah, saat artikel ini dibuat, yaitu 19 November 2016, penjual mie yamien khas Cirebon yang masih menggunakan gerobak kecil nan khas masih ada beberapa. Namun, yang tertua dan masih bertahan hingga artikel ini dibuat adalah mie yamien yang biasa mangkal di kawasan jalan Bahagia kota Cirebon. Pedagangnya biasa dipanggil dengan sebutan Mang Doyok.




Saat berbincang-bincang dengan Mang Doyok, konon Mang Doyok sudah berjualan mie yamien khas Cirebon ini dari tahun 1972, saat usianya sekitar 19 tahun dengan status masih sebagai karyawan dari Bos mie Ncek. Dan di tahun 1972 saja, mie yamien khas Cirebon atau mie Ncek ini sudah sangat populer di kota Cirebon. Jadi masih belum jelas pasti kapan persisnya mie yamien khas Cirebon atau mie Ncek mulai muncul di kota Cirebon. Dan saat artikel ini dibuat, harga mie yamien khas Cirebon per mangkoknya adalah Rp 12.000, saja.

Menurut Mang Doyok juga, disebut mie yamien karena mie yang disajikan kering, dengan kuah terpisah. Informasi ini didapatkan Mang Doyok dari bertanya ke Bos-nya yang memang warga Cirebon keturunan Cina. Sedangkan mie yang basah atau dengan kuah menyatu langsung disebut dengan mie Teng. Namun nampaknya mie Teng kurang populer sampai sekarang.

Bagi pembaca Cirebon Kuliner yang gemar menyantap mie yamien khas Cirebon, tentu tahu beberapa titik di kota Cirebon yang biasa dijadikan tempat mangkal mie yamien khas Cirebon. Tujuan artikel ini dibuat adalah tentunya sebagai informasi bagi masyarkat Cirebon dan Indonesia perihal mie yamien khas Cirebon.

Oiya, ada dua versi mie yamien di kota Cirebon saat ini, yaitu mie yamien khas Cirebon, dan mie yamien khas Warkad atau "Warga Kadupandak" dari desa Ciamis, yang artikelnya pernah ditulis juga di sini.

Tujuan lain tidak lain tentunya adalah berharap agar mie yamien khas Cirebon tetap dapat lestari bertahan agar dapat terus dinikmati oleh generasi selanjutnya. Terlebih, akan lebih indah lagi apabila mie yamien khas Cirebon ini masih terus bertahan dengan penampilan gerobak kecilnya yang khas. Semoga bermanfaat.

Cirebon Kuliner bersama Mang Doyok, penjual mie yamien khas Cirebon jalan Bahagia kota Cirebon. Sudah berjualan mie yamien khas Cirebon dari tahun 1972, dan yang tertua yang masih bertahan.

Beberapa penjual mie yamien khas Cirebon lainnya:



Mie Yamien Warkad "Pak Edom" | Salah Satu Bagian Sejarah Mie Yamien Kota Cirebon


Apa sih bedanya mie yamien dan mie ayam? Pertanyaan itu yang masih sering Cirebon Kuliner dengar dari masyarakat kota Cirebon. Untuk itu, Cirebon Kuliner mencoba menelusuri sedikit apa dan bagaimana sejarah mie yamien di kota Cirebon. Supaya kita semua mendapatkan informasi yang lebih menyeluruh.

Dari berapa kunjungan ke warung-warung mie yamien di kota Cirebon, akhirnya Cirebon Kuliner berkesempatan menggali sedikit mengenai sejarah mie yamien di kota Cirebon. Terimakasih sebelumnya Cirebon Kuliner sampaikan untuk Pak Edom, selaku pemilik dari mie yamien Warkad "Pak Edom" yang sudah mau berbagi sedikit banyak cerita sejarah mie yamien di kota Cirebon.

"Warkad" adalah warga desa Kadupandak, kota Ciamis

"Prancis" adalah Peranakan Ciamis

Secara mendasar, kuliner mie ini berasal dari negeri Cina yang membawa kuliner mie ke Indonesia, termasuk ke beberapa negara lainnya. Di beberapa kota di Indonesia, hidangan mie berkembang menjadi berbagai varian.

Menurut Pak Edom, pada tahun 1967, ada 4 orang mahasiswa asal kota Ciamis yang berkuliah di kota Bandung. Dan untuk menutupi kebutuhan hidupnya sambil berkuliah, keempat mahasiswa ini bekerja pada pedangan mie keturunan Cina. Dari bekerja berjualan mie ala Cina inilah keempat mahasiswa asal kota Ciamis ini mendapatkan ilmu membuat hidangan kuliner mie.

Pada awalnya, mie khas Cina ini memakai daging babi. Namun seiring berkembangnya waktu. tentunya dengan pertimbangan kehalalan juga, mie ini tidak lagi menggunakan unsur babi di dalamnya. Kemudian singkat cerita, populerlah hidangan mie ini dengan sebutan mie baso Bandung. Ada pula yang menyebutnya mie yamien. Konon, kata yamien berasal dari nama kota di Cina, Yamien. Namun, informasi ini belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya terlebih setelah Cirebon Kuliner telusuri tidak menemukan adanya kota Yamien di negara Cina.


Lalu, ilmu dan keahlian membuat mie yamien yang dimiliki para mahasiswa asal Ciamis ini menyebar ke warga lainnya di kota Ciamis, khususnya warga Desa Kadupandak. Dan pada tahun 1970-an, beberapa warga Kadupandak merantau ke kota Cirebon dan mencari penghasilan dengan berjualan mie yamien dengan ilmu dasar yang mereka dapatkan dari membuat mie baso Bandung yang populer itu.

Saat memasuki kota Cirebon di tahun 1970-an, menurut Pak Edom, di kota Cirebon sudah ada penjual hidangan mie yang serupa dengan mie yamien yang biasa mereka buat. Hidangan mie ini yang mereka sebut dengan mie "Ncek". Nama ini didapat karena yang berjualan adalah warga Cirebon keturunan Cina, yang biasa disebut dengan sebutan "Ncek". Nah, mie Ncek ini juga pernah Cirebon Kuliner ulas dengan judul mie kipit, dan ada juga yang Cirebon Kuliner beri judul mie yamien khas Cirebon. Ini adalah beberapa ulasan mie yamien khas Cirebon:
dan masih ada beberapa lagi ulasan mie yamien khas Cirebon

Namun begitu, mie yamien khas Cirebon, dengan mie yamien khas warga Ciamis ini memiliki cita rasa yang sedikit berbeda. Dimana mie yamien khas Cirebon terasa lebih gurih, sedangkan mie yamien warga Ciamis atau mie baso Bandung terasa lebih manis. Secara penampilan, kurang lebih sama, satu mangkuk mie dengan bumbu kering, dengan topping suwiran daging ayam kering, lengkap dengan kuah dalam mangkok terpisah berisi baso, pangsit basah, tahu, dan beberapa versi komplit berisi isian lainnya seperti baso-tahu, pangsit kering, dan lain-lain.

Sedangkan kata "Warkad" dalam mie yamien Warkad adalah singkatan, yang kepanjangannya adalah "Warga Kadupandak" yang seperti Cirebon Kuliner utarakan adalah nama Desa di kota Ciamis dimana para warganya mendapatkan ilmu membuat mie ini dari keempat mahasiswa yang berkuliah di kota Bandung pada tahun 1960-an, dengan bekerja pada warga Bandung keturunan Cina yang berjualan mie baso. 

Di kota Cirebon, mie yamien nampaknya ada dua versi secara cita rasa, yaitu mie yamien khas kota Cirebon yang banyak berada di wilayah jalan Pandesan, jalan Pekalangan dan sekitarnya, dan mie yamien khas Warkad atau warga desa Kadupandak kota Ciamis. Walaupun tidak jauh berbeda, namun tetap saja masing-masing memiliki identitas di cita rasanya yang khas. Mana yang paling enak? Sesuai selera saja...

Jadi, berdasarkan pemaparan Cirebon Kuliner di atas, kuliner mie dengan segala variannya, cikal bakalnya dibawa oleh warga keturunan Cina, yang kemudian di masing-masing kota di Indonesia berkembang sesuai kondisi daerah masing-masing. Dan salah satu variannya, yaitu mie yamien, atau mie baso Bandung, atau ada juga yang menyebutnya bakmi, dimana ketiga varian ini memiliki presentasi visual yang tidak jauh berbeda.

Mie yamien khas Cirebon, mie baso Bandung, berdasarkan informasi dari Pak Edom, berasal dari ilmu yang didapat dari pedagang mie keturunan Cina, di kota Bandung, yang kemudian diserap oleh warga Ciamis, lebih spesifiknya warga Desa Kadupandak kota Ciamis, yang biasa disingkat "Warkad". Kemudian mie "Warkad" ini menyebar ke kota Cirebon yang sebetulnya sudah memiliki mie yamien khas-nya sendiri yang sebetulnya masih "senada" karena juga diperkenalkan oleh pedagang keturunan Cina juga.

Oiya, sekedar selingan informasi, perbedaan mie ayam dengan mie yamien (atau juga bakmi) adalah:
1. Mie Ayam menggunakan tiopping daging ayam yang berbumbu basah. Mie Yamien menggunakan topping daging ayam yang cenderung kering dan bumbu sederhana.

2. Mie pada Mie Ayam cenderung lebih tebal, sedangkan mie pada Mie Yamien cenderung lebih tipis dan lebar biasanya. Sedangkan bumbunya kurang lebih sama.

3. Mie Ayam tidak hadir dengan kuah terpisah. Sedangkan Mie Yamien hadir dengan kuah dalam mangkok terpisah yang juga berisi bahan lain seperti baso, tahu, dan pangsit. Pada beberapa versi yang lebih komplit, berisi juga pangsit kering, tahu-baso, siomay, dan lain-lain.

Secara teknis, sama-sama mie yang diberi daging ayam, namun secara terperinci, jelas berbeda. Penampilan berbeda, rasa berbeda, sampai gerobak khas yang digunakan pun berbeda. Semoga ulasan ini dapat bermanfaat. Bagi yang memiliki informasi lebih untuk melengkapi artikel ulasan ini, silahkan share di comment ya.

Informasi tambahan lagi, mie yamien "Warkad" di kota Cirebon saat ini yang paling populer adalah mie baso Pak Etom yang berada di jalan Karanggetas. Pak Etom adalah kakak kandung dari Pak Edom, yang berjualan di jalan Tentara Pelajar saat ini (2016). Informasinya, Pak Edom akan pindah lokasi. Beliau ini adalah empat bersaudara, Ekom, Ewon, Etom, dan Edom.

Semoga, kuliner-kuliner tradisional yang sederhana ini tetap dapat bertahan dan lestari sampai kapanpun sehingga bisa terus dinikmati oleh generasi selanjutnya.



Penampilan khas tipikal mie yamien. Di daerah tertentu seperti di beberapa kota di Jawa Tengah, disebut dengan Bakmi.

Cirebon Kuliner bersama Pak Edom, bungsu dari Ekom, Ewon, Etom, dan Edom.

Mie Baso "Sari Rasa" | Salah Satu Warung Baso Tertua di Cirebon


Bicara kuliner baso, mungkin bisa jadi sederhana namun bisa juga menjadi obrolan yang panjang. Dari mulai sejarah baso itu sendiri, sampai berbagai varian hidangan baso. Di kota Cirebon sendiri, seperti yang sudah beberapa kali dibahas Cirebon Kuliner, ada macam-macam varian hidangan baso. Dari mulai mie baso khas daerah Jawa (Solo, Wonogiri, Malang), hingga mie ayam dan mie yamien yang tentunya berbeda.

Masing-masing jenis varian tersebut memiliki penggemarnya masing-masing. Salah satu yang memiliki penggemar dimana-mana adalah mie baso khas Solo. Dari mulai yang dijual dengan gerobak keliling perkampuingan, hingga yang dijual di warungan permanen. Di kota Cirebon, ada banyak sekali penjual mie baso yang enak. Namun salah satu yang paling tua adalah Mie Baso "Sari Rasa" yang terletak di Pasar Kanoman.

Mie Baso "Sari Rasa" khas kota Solo ini sudah berada di kota Cirebon semenjak kurang lebih tahun 1998. Mie Baso "Sari Rasa" sudah ada semenjak Pasar Kanoman masih belum berwujud layaknya pasar tradisional saat ini. Turun temurun hingga sekarang, Mie Baso "Sari Rasa" ini masih bertahan hingga saat ini dan memiliki penggemar yang masih setia tidak beralih ke mie baso lainnya.



Mie Baso "Sari Rasa" sempat membuka cabang di lokasi lain di kota Cirebon, namun lokasi yang bertahan hingga sekarang adalah lokasi awal dan utama yaitu di Pasar Kanoman kota Cirebon. Penampilannya pun masih sangat sederhana tidak neko-neko. Rupanya sang pemiliki memang tidak mau terlalu neko-neko mengikuti perkembangan jaman di dunia kuliner modern saat ini yang lebih mengandalkan penampilan daripada kualitas hidangan yang dijual.

Mie Baso "Sari Rasa" masih mempertahankan kualitas rasa baso yang dijualnya.Saat Cirebon Kuliner datang berkunjung, Cirebon Kuliner disambut Mas Budi, anak dari pemilik asli Mie Baso "Sari Rasa" yang kini mengelola warung baso Mie Baso "Sari Rasa" Pasar Kanoman. Hidangan satu porsi mie baso langsung dinikmati.

Dari penampilan, boleh jadi tidak berbeda dengan mie baso pada umumnya. Berisi mie kuning, bihun, atau so'un, sayuran, dan tentunya sayuran. Soal rasa, tentu tidak perlu banyak dipertanyakan lagi, memang enak. Tidak heran jika Mie Baso "Sari Rasa" Pasar Kanoman ini bisa bertahan hingga sekarang dan memiliki banyak penggemar yang loyal.

Selain rasanya yang memang enak, mie baso di Mie Baso "Sari Rasa" ini juga diual dengan harga yang masih relatif murah. Selain itu, warung Mie Baso "Sari Rasa" Pasar Kanoman ini juga menawarkan varian baso lainnya, yaitu mie ayam yang juga memiliki banyak penikmat. Di tengah persaingan di dunia kuliner modern saat ini, Mie Baso "Sari Rasa" masih mempertahankan hidangan mie baso khas kota Solo yang sederhana dan tidak neko-neko.

Jadi, bagi pembaca Cirebon Kuliner yang penasaran dan penggemar hidangan kuliner mie baso, wajib coba mie baso ala warung Mie Baso "Sari Rasa" di Pasar Kanoman. Persisinya, di tengah-tengah Pasar Kanoman, ngga susah kok nyarinya. Sebagai salah satu mie baso tertua di kota Cirebon, tentunya warung Mie Baso "Sari Rasa" Pasar Kanoman ini tentunya sangat layak untuk dipertahankan. Semoga memang warung Mie Baso "Sari Rasa" Pasar Kanoman kota Cirebon ini dapat terus bertahan dengan kesederhaannya dan kualitasnya.

"Garasi" Cafe | Cafe Komplit di Cirebon


Jika kita mencari tempat nongkrong atau cafe di kota Cirebon di sekitar tahun 2010, mungkin pilihan yang ada tidak akan sebanyak seperti sekarang di pertengahan 2016 ini. Iya, saat ini kota Cirebon seperti terus menggeliat tumbuh terutama di sektor pariwisatanya. Baik itu aspek hotel, objek pariwisata, dan tentu tempat-tempat nongkrong di dalam kota.

"Garasi" Cafe hanyalah satu dari sekian banyak cafe baru yang ikut meramaikan dunia kuliner di kota Cirebon. Namun seperti yang masyarakat Cirebon ketahui, setiap tempat nongkrong tentu memiliki ciri khas dan keunggulannya masing-masing. Dan "Garasi" Cafe adalah termasuk yang memiliki sisi komplit di kota Cirebon.

"Garasi" Cafe yang berlokasi di jalan Tuparev nomor 6 kota Cirebon ini selain lokasinya yang mudah dijangkau karena terletak tidak jauh dari pusat kota Cirebon, juga memiliki keunggulan lain. Mulai dari akses masuk yang mudah, parkiran yang relatif luas, nuansa yang nyaman, pilihan tempat duduk yang beragam, dari kursi tinggi ala bar, kursi khas cafe, sampai lesehan.








Belum lagi, fasilitas WiFi gratis yang nampaknya menjadi syarat wajib bagi tempat nongkron di kota Cirebon - dan kota-kota lainnya di Indonesia - supaya menjadi cafe yang laris manis dikunjungi, terutama oleh para kawula muda. Layar proyektor yang cukup besar yang bisa dipakai untuk acara nonton bareng acara-acara tertentu juga merupakan nilai plus dari "Garasi" Cafe.

Kapasitas cafe yang cukup besar juga bisa menjadi pilihan bagi masyarakat kota Cirebon. Dan dari kesemuanya, tentunya yang terpenting adalah menu makanan dan minuman dari cafe ini sendiri. Saat Cirebon Kuliner diundang berkunjung, Cirebon Kuliner melihat menu makanan dan minuman yang ditawarkan "Garasi" Cafe ini juga cukup komplit. Mulai dari menu tradisional seperti Selat Solo, Gado-gado, sampai menu internasional seperti Pizza, Chicken Cordon Bleu, sampai berbagai pilihan Steak yang lengkap. Termasuk ada menu paket bagi yang ingin merayakan ulang tahun di "Garasi" Cafe, tentunya dengan harga paket yang terjangkau juga.

Hot Cappuccino "Garasi" Cafe
Pisang Bakar Spesial "Garasi" Cafe



Saat berkunjung, Cirebon Kuliner mencicipi hidangan Chicken Cordon Bleu, Tenderloin Steak, Pisang Bakar Spesial, dan Otak-otak Singapore, dan hot Cappuccino. Yang kesemuanya ini menurut Cirebon Kuliner tergolong enak, dan dibandrol harga yang relatif murah. Contoh saja hot Cappuccino yang sudah standar cafe menggunakan mesin espresso - artinya bukan minuman Cappuccino yang dibuat dari kopi sachet (instan) - yang di cafe-cafe pada umumnya sudah dijual dengan harga paling murah kisaran Rp 24.000, di "Garasi" Cafe hanya Rp 17.000 saja.

Chicken Cordon Bleu "Garasi" Cafe

Chicken Cordon Bleu hanya Rp 30.000. Sedangkan untuk hidangan Steak, pengunjung "Garasi" Cafe bisa memilih daging lokal atau impor sesuai selera dan kantong. Jadi, kesemuanya ini menjadikan "Garasi" Cafe adalah cafe baru di kota Cirebon yang sangat layak dijadikan pilihan bagi masyarakat Cirebon yang membutuhkan tempat nongkrong yang luas, dekat pusat kota, menu makanan minuman yang enak, harga terjangkau, WiFi gratis. Datang langsung ke "Garasi" Cafe di jalan Tuparev nomor 6 kota Cirebon.


Tenderloin Steak "Garasi" Cafe

Otak-otak Singapore "Garasi" Cafe - Rp 10.000 aja!


 Menu-menu lainnya di "Garasi" Cafe:













Menu Paket Ulang Tahun "Garasi" Cafe


Terimakasih telah mengunjungi www.CirebonKuliner.com. Apabila berkenan, penulis CirebonKuliner.com berharap pembaca bersedia untuk menulis komentar yang positif atau kritik yang membangun, baik untuk kuliner/tempat makan yang diulas, ataupun juga untuk CirebonKuliner.com itu sendiri.